Studi terbaru menunjukkan pria penderita obesitas cenderung memiliki sperma berkualitas rendah dibanding pria yang lebih kurus. Hal tersebut termasuk jumlah dan pergerakannya, dimana sperma pria berbobot lebih cenderung bergerak tanpa arah. Berbeda dengan sperma sehat yang berenang lurus menuju sel telur.
Berdasarkan jurnal Fertility and Sterility, peneliti asal Argentina mengambil sampel sperma atau semen dari 749 pria yang memiliki masalah kesuburan. Dari serangkaian tes, diketahui 155 pria obesitas memiliki lebih sedikit sperma aktif daripada pria berbadan kurus.
Pria berbobot lebih juga memiliki kadar rendah neutral alpha-glucosidase atau NAG, sebuah enzim yang disekresi menuju cairan di lapisan epididimis, dimana proses pematangan sperma terjadi. Konsentrasi NAG dalam semen dapat dijadikan indikasi sebaik apakah epididimis berfungsi.
"Sejauh yang kami tahu, penelitian mengenai efek buruk obesitas terhadap epididimis baru kali ini dilakukan," ucap Dr. Ana Carolina Martini, kepala ilmuwan Universitas Nasional Cordoba di Argentina, Rabu (17/2) waktu setempat. Masih menurut Martini, kualitas sperma yang buruk tidak memiliki dampak signifikan terhadap kesuburan seseorang. "Seorang pria tidak lantas menjadi steril karena bobotnya berlebih," katanya.
Untuk meningkatkan kualitas sperma, Martini menganjurkan agar pria obesitas dapat menurunkan berat badan. Pasalnya, sejumlah penelitian sebelumnya menunjukkan penurunan berat badan dapat memperbaiki ketidakseimbangan berbagai hormon yang terkait dengan obesitas.
Berdasarkan jurnal Fertility and Sterility, peneliti asal Argentina mengambil sampel sperma atau semen dari 749 pria yang memiliki masalah kesuburan. Dari serangkaian tes, diketahui 155 pria obesitas memiliki lebih sedikit sperma aktif daripada pria berbadan kurus.
Pria berbobot lebih juga memiliki kadar rendah neutral alpha-glucosidase atau NAG, sebuah enzim yang disekresi menuju cairan di lapisan epididimis, dimana proses pematangan sperma terjadi. Konsentrasi NAG dalam semen dapat dijadikan indikasi sebaik apakah epididimis berfungsi.
"Sejauh yang kami tahu, penelitian mengenai efek buruk obesitas terhadap epididimis baru kali ini dilakukan," ucap Dr. Ana Carolina Martini, kepala ilmuwan Universitas Nasional Cordoba di Argentina, Rabu (17/2) waktu setempat. Masih menurut Martini, kualitas sperma yang buruk tidak memiliki dampak signifikan terhadap kesuburan seseorang. "Seorang pria tidak lantas menjadi steril karena bobotnya berlebih," katanya.
Untuk meningkatkan kualitas sperma, Martini menganjurkan agar pria obesitas dapat menurunkan berat badan. Pasalnya, sejumlah penelitian sebelumnya menunjukkan penurunan berat badan dapat memperbaiki ketidakseimbangan berbagai hormon yang terkait dengan obesitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentarnya